BKDZN – Bincang Gerakan Moral Berani Keluar Dari Zona Nyaman (BKDZN) seri ke 17 menghadirkan sosok inspiratif, Prof. DR. Hj. Siti Fatimah, M.Pd., C.STMI, CLMA, Dosen Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Kamis (07/10/2021) malam.
Bagaimana tidak menginspirasi? ia adalah seorang perempuan, pernah menjadi kernet mobil, buruh pabrik, menghidupi anak-anaknya seorang diri, namun ia bisa keluar dari itu semua dan berhasil meraih gelar akademik tertinggi bagi seorang dosen yaitu Guru Besar, Profesor.
Prof Fatimah lahir dari keluarga yang tidak terlalu beruntung, ayahnya seorang guru ngaji dan ibu bekerja sebagai petani. Ia adalah anak ke 11 dari 11 bersaudara. Ia bekerja keras, bahkan mengerjakan apa saja yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perempuan, itu semua ia lakoni untuk menyambung hidup dan terus berjuang agar tetap sekolah.
Dalam bincang santai itu, Prof Fatimah menjelaskan mengapa prestasi orang berbeda-beda padahal memiliki waktu yang sama yaitu 24 jam satu hari. Ia sendiri sering disebut bekerja lebih dari waktu itu, bekerja 25 jam perhari. Itu semua menurut Prof Fatimah karena dipengaruhi oleh 4 poin yang tertanam pada dirinya sehingga memiliki prestasi yang dapat dikatakan gemilang.
“4 poin itu adalah mindset, motivasi, manajemen dan komitmen. Ketika 4 poin itu tertanam dalam jiwa seseorang maka ia dipastikan akan memiliki prestasi yang lebih baik dari yang lain,” ujar Prof Fatimah.
Prof Fatimah menjelaskan bahwa keluarga dan lingkungan sangat mempengaruhi untuk merubah mindset seseorang menjadi lebih baik. Makanya sambung guru besar ini, ia sangat bangga ketika diminta untuk bergabung dengan gerakan moral BKDZN, tentu ini adalah satu ikhtiar untuk menjadikan diri lebih baik pada masa mendatang dan merubah mindset kita menjadi lebih baik dan siap berubah.
Guru besar ini menceritakan kisahnya ketika ia melanjutkan studinya ke jenjang S3. Ketika itu yang melanjutkan studinya ke jenjang S3 itu dapat dihitung dengan jari, apalagi dirinya adalah seorang perempuan.
“Tapi apa yang saya lakukan, di tengah segala keterbatasan itu, saya harus bisa keluar dari kondisi sulit itu, saya berpikir bahwa saya harus berani menerima tantangan, berani berubah, berani mengambil keputusan dan berani mengambil risiko. Tidak sedikit pernyataan negatif yang diarahkan kepada saya, tapi saya tidak mau dengar, saya tuli dari bahasa-bahasa yang membuat saya pesimis, saya tutup telinga, saya hanya ingin mendengar bahasa-bahasa yang membuat saya berani dan optimis, saya ambil keputusan untuk lanjut S 3,” tukasnya.
Bagaimana orang yang sukses itu menurut Prof Fatimah? Dijelaskannya, orang yang sukses itu adalah orang yang bisa mengelola waktu dengan baik, semakin banyak kegiatan yang dilakukan, semakin pintar dan cerdas kita membagi waktu.
“Saya masih teringat ketika jam 2 malam saya harus bangun, saya sholat tahajud saya menyetrika, nyuci baju, mengerjakan tugas kuliah, lalu kemudian membangunkan anak-anak, saya siapkan sarapan, kemudian saya ke kampus untuk kuliah, saat itu saya di tengah keterbatasan ekonomi, saya tidak punya uang, dari hari ke hari saya berpikir anak-anak saya makan apa lagi untuk besok. Satu sisi saya harus menyelesaikan pendidikan saya dan satu sisi saya harus menghidupi anak-anak, jadi harus bisa membagi waktu. Ketika jam 2 saya bangun itu masih kurang, saya harus bangun jam 1, jadi itu regulasi yang saya lakukan,” paparnya menceritakan kisah hidup sembari meneteskan air mata.
Tidak hanya itu saja, Prof Fatimah juga menceritakan bahwa saat ia mengenyam pendidikan, ia melakoni banyak pekerjaan, mulai dari kernet angkot, buruh pabrik, tinggal di rumah saudara agar tidak membayar kontrakan dan lain sebagainya. “Semua saya lakukan agar saya tetap bisa mengenyam pendidikan dan bisa berubah menjadi lebih baik,” sebutnya.
Meski demikian, Prof Fatimah menyebutkan bahwa hidup ini perlu keseimbangan, ia juga menularkan itu kepada anak-anaknya dan rekan kerjanya yaitu hidup itu butuh keseimbangan.
“Selain bekerja, kita juga perlu berlibur, olahraga beribadah untuk menjaga keseimbangan hidup. Ada orang yang ingin sukses tetapi lupa dengan keseimbangan hidup. Kita memang punya pekerjaan, tetapi kita punya keluarga, kita juga perlu bagi waktu kita agar mereka juga merasa kita ada dan perhatian dengan mereka. Jadi intinya hidup itu keseimbangan, antara kuliah dan cita-cita, kesuksesan tapi juga kebahagiaan, teman, keluarga dan paling penting dunia dan akhirat,” sebutnya.
Ada salah satu kutipan menarik yang disampaikan oleh Prof Fatimah, yaitu teori berpikir terbalik kepada sesama. “Ini ada terori berpikir terbalik kepada sesama, kadang kita jengkel ketika ada yang minta bantu, kita keberatan ketika ada yang minta bantuan. Harusnya jika ada yang membutuhkan bantuan atau pertolongan kita, seharusnya kita yang mengucapkan terima kasih kepada mereka, karena ini merupakan jalan pahala bagi kita,” paparnya kepada ratusan peserta bincang santai melalui zoom ini.
Usai memaparkan banyak hal, dalam acara bincang santai yang dipandu oleh Achmad Cholil, S.Ag, S.H., LLM ini Prof Fatimah juga menjawab banyak pertanyaan dari peserta, baik secara langsung ataupun pertanyaan yang disampaikan peserta melalui Youtube.
Sementara itu, Presiden BKDZN, Drs. Arief Hidayat, S.H., M.M, menyampaikan ucapan terima kasih kepada nara sumber dan semua peserta yang telah bergabung di acara ini. Arief menyebut bahwa bincang santai kali ini sangat menginspirasi anggota BKDZN yang berada di seluruh dunia.
“Prof Fatimah yang luar biasa menginspirasi kita semua membawakan cerita perjalanan hidup dengan sepenuh hati sehingga kita semua terbawa menjadi haru biru,” sebut Presiden BKDZN.
Terima kasih kepada seluruhnya yang telah berpartisipasi Choliluna Achmad (Moderator), Akademisi (Dekan FSH UIN Sahid, Dr. Tholabi, Dekan FS IAIN Kerinci Dr. Arzam Azam Zain dll), para lawyer, adik-adik mahasiswa, pegiat dan pejuang BKDZN.
Selain itu Arief menyebutkan bagi yang belum bisa mengikuti kegiatan bincang santai ini melalui zoom atau yang ingin menyaksikan selengkapnya, silakan menyaksikan melalui youtube BKDZN Community.
Sampai jumpa di Bincang BKDZN seri 18. (Noprizal / BKDZN)
Discussion about this post